watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

AYAT AYAT BERCINTA

Sebuah mobil menelusuri ramainya jalan raya
ibu kota ketika hujan lebat. Di dalam mobil itu
terlihat seorang gadis yang sedang nyetir sambil
asyik mendengarkan hentakan musik. Gadis
berwajah Indo itu tidak lain adalah Carissa Putri,
artis cantik yang mempunyai bentuk tubuh yang
bila dipandang membuat cowok-cowok
menelan ludah.
Nama Carissa mulai terkenal sejak ia
membintangi film Ayat-ayat Cinta,
popularitasnya makin meroket setelah
membintangi sejumlah film lain, sinetron dan
iklan serta menjadi ikon sebuah program
pelangsing tubuh.
“Ihh…udah ujan…macet lagi…” gerutu Carissa
dalam hati karena kesal jalanan macet terus sejak
tadi, hal yang biasa di ibukota kalau jam-jam
bubaran kerja seperti ini.
“Kalau begini terus, kapan nyampai rumah”
Carissa terus menerus ngomel sendirian.
Semakin lama Carissa semakin bete, sehingga
musik yang tadinya tidak begitu keras sekarang
volumenya ditambah hingga suara musiknya
terdengar sampai keluar mobil.
“Akhirnya…yes!” Carissa berkata sambil
menghela nafas panjang merasa lega karena
sudah keluar dari kemacetan dengan cara
mengambil jalan lain.
Ia terpaksa mengambil jalan alternatif meskipun
rutenya lebih panjang dari pada jalan yang biasa
ditempuh sehari-hari, namun setidaknya dapat
menghindari macet dan lebih menghemat waktu
bila di jalan biasa sedang macet seperti sekarang.
Mobil yang dikendarainya sudah mulai masuk
pinggiran ibukota, jalannya agak rusak berlubang
dan sekitarnya juga sangat sepi, hanya terlihat
ladang ditumbuhi pepohonan dan tanah-tanah
kosong di sepanjang jalan, bahkan Carissa
jarang bertemu dan berpapasan dengan
kendaraan lain. Ternyata kondisi hari ini memang
tidak berpihak kepadanya. Carissa yang tadi
mengira bisa sampai di rumah dengan cepat,
ternyata jauh di luar dugaannya, mobilnya tiba-
tiba mengalami mati mesin.
“Lho…kenapa lagi ni mobil?” Carissa kebingungan
sambil berusaha menghidupkan mobilnya yang
ternyata tidak bisa hidup lagi.
“Ohh…my…god…not here” gerutu Carissa lebih
kesal lagi dari pada kena macet tadi.
“Tadi macet…sekarang mobil mogok…sial…!!!
Mana sepi banget lagi” Carissa terus menerus
ngomel-ngomel sendiri.
Carissa pun akhirnya keluar dari mobil sambil
melihat kanan kiri mencari orang yang bisa
dimintai tolong, tetapi dia tidak menemukan
siapa-siapa. Ia pun masuk kembali ke dalam
mobilnya mencari handphone. Sekali lagi situasi
hari ini memang tidak sedang berpihak padanya
karena tiba-tiba handphone Carissa lowbat.
“Ohh…shitttt….!!!” dengan hati panas ia
melemparkan HP itu ke jok sebelah
Carissa dilanda rasa kesal bercampur bingung
harus bagaimana. Matahari sudah tidak nampak
lagi, karena habis hujan ditambah hari sudah
sore. Situasi ini tentu menambah kebingungan
Carissa yang sedang takut kemalaman di situ. Ia
membayangkan selesai syuting hari ini dirinya
dapat santai berendam di bathtub bukannya
terperangkap di jalan gara-gara mogok seperti
ini. Kemudian dengan terpaksa artis cantik itu
pun memberanikan diri berjalan kaki untuk
mencari bantuan. Setelah sekian lama berjalan
kaki, Carissa belum juga bertemu seseorang
yang bisa dimintai pertolongan. Tapi tidak lama
kemudian dari kejauhan Carissa melihat ada
rumah kecil semacam pos ronda. Dengan
perasaan lega Carissa berlari menuju rumah
tersebut supaya cepat mendapat bantuan. Di
tempat itu sendiri tiga pria sedang asyik bermain
domino sambil ditemani rokok, kopi panas, dan
alunan lagu dangdut dari radio. Mereka masing-
masing adalah Baron, seorang kuli angkut di
pelabuhan yang bertubuh kekar dan lengannya
bertato; Parjo, seorang hansip kampung berbibir
monyong dan bertubuh kurus tinggi; dan
Wanto, pengangguran yang kerjanya tidak tetap,
penampilannya paling lusuh dibanding kedua
temannya, dengan kaos merah dari sebuah
partai bekas kampanye dan sarung yang sudah
belel, wajahnya mengingatkan pada si Ucup di
Bajaj Bajuri.
“Ehh…Jo…Jo…liat tuh ada yang ke sini, wuih
cewek cakep loh, wah bidadari turun dari langit
ini sih namanya” kata Baron melihat seseorang
mendekat ke tempat mereka ketika menunggu
Parjo berpikir kartu mana yang akan ia
keluarkan.
“Mana Ron??” Parjo yang tadi duduk santai
segera menengok ke belakang dan berdiri
memfokuskan pandangannya ke arah yang
dimaksud temannya itu.
“Mana…mana???” Wanto ikut-ikutan dengan
antusias melihat ke arah yang ditunjuk.
Ketiganya langsung terpana melihat gadis yang
datang itu. Seampainya di pos tersebut, Carissa
langsung menyapa memberi salam kepada
mereka bertiga.
“Sore pak…!!” sapanya dengan nafas sedikit
terengah-engah.
“Sore juga Non, ada yang bisa saya bantu?”
Baron menawarkan bantuan kepada Carissa.
“Ee…gini pak, mobil saya mogok. Apa ada yang
bisa memperbaiki mobil, atau mungkin punya
HP untuk menghubungi orang, punya saya
habis batere” Carissa menjelaskan keadaannya.
Ia merasa agak risih dengan pandangan mereka
yang menelanjanginya, namun apa boleh buat,
karena nampaknya tidak ada orang lain lagi selain
mereka yang bisa dimintai tolong. Saat itu ia
memakai kaos lengan pendek dengan rok
berbahan jeans yang menggantung sepuluh
centi di atas lutut sehingga memperlihatkan
bentuk kakinya yang indah itu.
“Sebentar…bentar…Non ini kayanya saya pernah
liat ya? Siapa ya? Artis ya?” Parjo bertanya sambil
mengingat-ingat dan menatapi Carissa dari atas
hingga bawah.
“Iya bener…kalo ga salah, ooohhh….Non yang
main di Ayat-ayat Cinta kan!!??” Wanto berhasil
mengingatnya dan setengah berteriak seperti
menemukan emas di jalan.
“Nnggg…iya…iya bener” jawab Carissa tak bisa
lagi menyembunyikan jati dirinya, memang
inilah risiko seorang publik figure, kemana-mana
selalu ada yang mengenalinya.
“Owalah…Non artis toh, pantes cantik gini…kok
bisa sih nyasar sampe sini Non?” tanya Baron
sambil senyum-senyum mengagumi kecantikan
Carissa.
“Eeeemm itu…saya tadinya mau ambil jalan
alternatif Pak, nggak taunya nyasar terus mogok
lagi…tolong Pak saya harus cepet pulang, kalau
ada hape saya bisa hubungin orang di rumah”
“Oo…ada Non, ada, untung saya bawa nih!”
Baron memperlihatkan ponsel berkamera Nokia
keluaran lama hasil beli second, “tapi Non…boleh
dong kita minta foto bareng dulu pake ini?”
pintanya dengan penuh harap.
Setelah berpikir sejenak, Carissa pun akhirnya
mengiyakan saja, selain karena butuh bantuan
mereka juga agar tidak memberi kesan artis
yang sombong dan jual mahal. Baron, sang
pemilik ponsel itu, meminta giliran pertama
dipotret bersama Carissa, Wanto memotretnya
beberapa kali. Carissa berusaha tersenyum
walau terpaksa, sebenarnya ia merasa tidak
nyaman karena pria bertampang penyamun ini
selalu saja mendekatkan tubuhnya dan
mendekap pundaknya dengan keras.
“Gantian dong Ron, gua juga mau nih!” Parjo
tidak sabar menunggu gilirannya.
Baron pun akhirnya mempersilakan Parjo
berpotret dengan Carissa.
“Hehhee…gitu dong, kapan lagi bisa potret
bareng artis, yuk Non Carissa!” kata Parjo berdiri
di samping Carissa dan berpose
Selanjutnya Wanto sampai gilirannya, dengan
gayanya yang kampungan dia mulai berpose
bersama Carissa dengan jari diacungkan ala
slank atau metal, gayanya mirip orang-orang
kampung yang biasa berpose kalau sedang
diliput TV.
“Saya nonton loh filmnya Non dulu yang Ayat-
ayat Cinta, terus Tarik Jabrix juga…ga nyangka
sekarang ketemu orangnya!” katanya senang
sambil matanya tak henti-hentinya menatap
nanar artis cantik itu.
Carissa pun makin risih dibuatnya apalagi
pemuda pengangguran ini makin berani, ia
minta dipotret sambil tangannya melingkari
pinggangnya yang ramping.
“Iyah…oke, udah ya, sekarang boleh saya
pinjam hapenya buat hubungin orang dirumah
Pak!” kata Carissa buru-buru melepaskan diri
setelah foto terakhir dengan Wanto itu.
“Bentar Non satu lagi ya, satu terakhir nih,
sekarang bareng saya sama mas ini tigaan, abis
ini saya pinjemin deh!” kata Baron sambil
mengajak Parjo potret bareng.
Dengan berat hati, Carissa pun kembali
menyetujuinya, ia berharap ini adalah yang
terakhir setelah itu ia bisa mendapat pinjaman HP
untuk meminta tolong ke rumah. Baron
tersenyum dan mengedipkan sebelah mata
memberi isyarat pada Parjo yang ditanggapi
dengan balas tersenyum licik. Mereka mengajak
Carissa duduk di balkon pos ronda itu dan
keduanya duduk mengapitnya.
“Ayo rapat dikit Non, biar hasilnya bagus
fotonya” kata Baron, “siap To, yang bagus ya
ngambilnya!” sahutnya pada Wanto.
Carissa tetap berusaha mengumbar senyumnya
walau terlihat tegang, bagaimana tidak tegang
dengan diapit erat kedua pria seperti mereka.
“Hei…jangan kurang ajar gitu dong Pak!” pekik
Carissa ketika Baron meletakkan tangannya di
atas pahanya yang terbuka, kontan ia menepis
tangan Baron, tapi pria itu malah tertawa.
“Hehehe…jangan marah dong Non, kan biar
keliatan mesra gitu loh, saya malah pengennya
gini nih!” sahut Parjo menangkap dan meremas
payudara kanan Carissa.
Artis berdarah Indo-Jerman itu pun langsung
berdiri dan menyentak kakinya.
“Heh…kalian pikir saya ini cewek apaan, pegang-
pegang sembarangan!” hardiknya berusaha
menggertak mereka.
“Hueheheh…ayo dong Non Carissa, masa ke
penggemar gitu, kita kan cuma pengen lebih
deket aja!” Wanto yang memegang ponsel maju
mendekap tubuh Carissa yang sedang
memarahi kedua temannya dari belakang.
“Aahhh…lepasin…jangan!” Carissa meronta dan
menyikut dada Wanto.
Pemuda itu terhuyung ke belakang memegangi
dadanya. Carissa baru menyesali keputusannya
turun dari mobil dan datang ke tempat ini yang
sama dengan mengumpankan diri ke sarang
serigala. Ia bergegas membalik badan
bermaksud lari kembali ke mobilnya, namun
kalah cepat dengan Baron yang terlebih dahulu
menghalangi jalannya.
“Eit…mau ke mana Non? Kok dateng-dateng
udah mau pergi marah-marah gitu, gak sopan
ah!” goda Baron sambil tertawa cengengesan.
“Minggir kamu!” Carissa berlari ke arah samping
pria itu berusaha menerobos penghalangnya,
namun itu sebuah kesalahan karena pria itu
dengan sigap menjulurkan kakinya sehingga
membuat gadis itu jatuh tersandung.
“Aaakkh!” Carissa merintih kesakitan karena
terjatuh, lututnya terasa sakit dan kulitnya lecet
karena membentur tanah berbatu.
Melihat gadis itu tersungkur, Parjo dan Wanto
ikut bergerak dan mengepungnya. Ketiga pasang
mata mereka memandang nanar pada Carissa
yang menggeser-geser tubuhnya mundur
menjauhi mereka. Ia tidak sempat berpikir lagi
dengan posisinya seperti itu sepasang paha
mulus dan celana dalamnya terlihat oleh mereka
yang tentunya semakin membakar nafsu.
“Jangan…lepasin saya…tolong…tolongg!!” Carissa
menjerit histeris sambil terus beringsut mundur,
rasa paniknya membuat tubuhnya gemetar
sampai tidak sanggup berdiri dengan cepat.
“Hehehe…teriak aja Non, deket sini gak ada siapa-
siapa lagi kok, ayo teriak!” ejek Baron.
“Nih saya bantu yah…tolong…tolong nih ada
yang mau diperkosa hahaha!” Parjo ikut
menimpali sambil ikut teriak.
Dengan sigap ketiga pria itu segera meringkus
tubuh Carissa. Ia menjerit dan meronta dengan
panik saat tubuhnya dibopong ke dalam pos
ronda. Wanto yang mendekap Carissa dari
belakang meremas-remas payudara gadis itu
dari luar kaosnya.
“Toketnya empuk nih, gak sabar pengen
ngentotin!” komentarnya.
“Tolong!! Too…emmmm….hhmmmm” Carissa
tidak dapat meneruskan lagi kata-katanya karena
Wanto buru-buru membekap mulutnya dengan
tangan khawatir lama-lama ada orang yang
mendengar jeritan gadis itu.
“Cepat masukin ke dalam sebelum ada yang liat”
Baron menyuruh Wanto dan Parjo supaya
memasukan membawa Carissa ke dalam pos.
“Lepppaas…..lepasskaaannn…..ap a-apaan ini!!”
Carissa meneruskan jeritannya di dalam pos jaga
sambil terus meronta berusaha melepaskan diri.
Tapi apakah artinya tenaga Carissa dibandingkan
dengan mereka yang bertubuh besar tegap dan
sangar. Kemudian Parjo memegangi tangan
Carissa dengan sangat keras sehingga
membuatnya kesakitan. Carissa dibaringkan di
ranjang tua tanpa kasur di sudut tempat itu.
Sebentar saja kedua tangan dan kakinya telah
diikat pada masing-masing sudut ranjang
tersebut, sehingga membentuk huruf X.
Jangankan melepaskan diri, untuk bergerak saja
terasa susah karena mereka mengikatnya
dengan kencang. Carissa hanya bisa menangis
dan merenungi apa yang akan terjadi pada
dirinya. Sebuah kenyataan buruk akan menimpa
dirinya, ternyata hari ini akan menjadi hari
terburuk bagi dirinya.
“Haah…..hahh…..haa…..ha…..” suara tawa ketiga
pria tak bermoral yang akan memperkosa
dirinya itu.
“Nggak nyangka hari ini kita bisa ngewein artis
cantik!!” Baron bicara kepada teman-temannya
dan ditanggapi dengan suara tawa mereka.
Carissa menangis sejadi-jadinya sambil mengiba
minta dilepaskan.
“Ampun….lepasin saya…ampunn….”
“Berissiiiiiiikk lo!!” bentak Parjo.
“Tenang manis…!!! Sebentar lagi kita akan
menerbangkan kamu ke langit ke tujuh” Baron
menenangkan Carissa sambil mengelus-elus pipi
Carissa. Carissa bukannya tenang malah semakin
takut dibuatnya.
“Tapi….kalau kamu macam-macam dan tidak
mau menuruti kita. Kita tidak segan-segan
akaan…..” Baron tidak meneruskan kata-katanya,
ia mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku
celananya lalu mengeluarkan mata pisaunya dan
menggesek-gesekan besi yang dingin itu ke
wajah cantik Carissa.
“Mau tidaakkk……??!!!” Baron membentak Carissa
hingga kaget.
Carissa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Kemudian dengan cepat Baron menurunkan
pisaunya ke dada Carissa dan memasukan mata
pisaunya di antara dada Carissa, kemudian
menariknya kebawah dengan cepat.
“Aaaaa!!!” Carissa menjerit karena kaget dan takut
tubuhnya tergores.
Begitu membuka mata, Carissa melihat kaos dan
bh-nya elah terkoyak oleh pisau tadi, sehingga
payudaranya yang berukuran sedang tapi padat
berisi terpampang dengan jelas. Semua mata
yang melihatnya terpana sambil bersorak
kemenangan. Baron yang sudah terangsang
melihat payudara Carissa, langsung meremas-
remas payudara kanannya dengan sangat keras,
sehingga membuat Carissa kesakitan tapi hanya
mampu merintih dan menggeliat-geliatkan
tubuhnya yang masih terikat.
“Aaa….dduuuhhh…..” Carissa mengeluh
kesakitan. Namun Baron bukannya malah seperti
kesetanan meremas payudara Carissa.
Parjo dan Wanto yang dari tadi cuma melihat
kini turut maju dan mulai menggerayangi tubuh
Carissa. Si hansip memonyongkan bibirnya
yang sudah monyong itu hingga makin maju
melumat payudara kiri Carissa. Sedangkan
Wanto mengelusi tubuhnya terutama bagian
paha, tangan Wanto makin masuk ke dalam rok
mini Carissa dan menyentuh selangkangannya
yang masih tertutup celana dalam. Jari-jari
nakalnya menusuk-nusuk bagian tengah
vaginanya lalu menyusup masuk lewat
pinggiran celana dalamnya.
“Eeenngghh…mmmmmhhhhh!!!” Carissa tanpa
sadar mendesis pelan karena merasakan
perasaan aneh yang mulai menguasai dirinya.Parjo terus menerus melumat dan menjilati
puting Carissa. Lidah dan bibirnya terus menerus
memainkan putingnya yang berwarna
kecoklatan. Membuat Carissa mau tidak mau,
terima tidak terima hanyut kedalam gairah birahi.
Tubuh Carissa semakin menggeliat menikmati
perlakuan para pria bejat yang memperkosanya.
Kemudian Baron melepaskan ikatan pada kaki
Carissa dan menaikkan rok jeans serta menarik
lepas celana dalam pink yang dipakai gadis itu.
Kini Carissa tinggal memakai kaos dan bra-nya
yang sudah dirobek pisau tadi dan roknya yang
telah tersingkap hingga pinggang, lekuk-lekuk
tubuhnya yang putih dan mulus tanpa cacat
sedikit pun sungguh menggiurkan dan
mengundang selera. Tangan Baron yang kasar
mengelus-elus vagina Carissa membuat artis
cantik itu semakin menggeliat tak kuasa
menahan gelombang kenikmatan yang semakin
menggila dalam dirinya. Semakin lama vagina
Carissa semakin becek, cairan kewanitaannya
pun membanjir keluar.
“ohhh……aahhh……” Carissa mulai mendesah
tertahan menikmati perlakuan ketiga
pemerkosanya hingga kemudian tubuhnya
mengejang dilanda orgasme, otot-ototnya
berkontraksi dan kakinya menendang-nendang
tak terkendali.
“aahhhh….ehmmmmm” Carissa mengerang
dengan keras sambil mengeluarkan cairan kental
bening dari vaginanya lalu tubuhnya lemas tak
berdaya.
Kemudian Baron melumat bibir mungil Carissa
dengan sangat nafsu, hingga membuatnya sulit
bernafas. Carissa berusaha memalingkan
mukanya untuk menghindari ciuman bibir si kuli
pelabuhan itu hingga akhirnya ia tidak bisa
menggerakan kepalanya karena Baron
memegangi dagunya. Lalu Baron berusaha
memasukan lidahnya ke dalam mulut Carissa.
Lidahnya menari-nari di dalam mulut Carissa.
Lama-lama Carissa tak kuasa menahan gairah
dalam dirinya, sehingga membalas permainan
lidah Baron. Sekarang lidah mereka saling
mengait dan meraka saling menghisap lidah
masing-masing. Parjo yang tadi bermain di
payudara Carissa kini pindah ke
selangkangannya. Parjo menempatkan
kepalanya di selangkangan Carissa dan mulai
menjilati vaginanya yang berbulu tipis dan
tercukur rapi. Lidahnya menyapu-nyapu bibir
vaginanya dan keluar masuk pada lubang vagina
Carissa, ibu jarinya juga aktif memainkan
klitorisnya.
Mendapat perlakuan seperti ini membuat Carissa
semakin hilang kesadarannya. Sementara itu,
Baron bangun dan melepaskan kaos dan
celananya sendiri. Penisnya yang sudah tegang
langsung keluar ngangguk-ngangguk. Carissa
kaget melihat penis Baron yang begitu besar
berurat.
“Eehh…buka mulutnya Non!!!”
“Ngggakk….tolong jangan, saya mohon!” Carissa
menghiba dengan bercucuran air mata.
Tanpa berkata apa-apa Baron melayangkan
tangannya menampar Carissa.
“Aauwww!!” jerit Carissa kesakitan.
“Jangan sok jual mahal lo, emangnya kalau artis
napa hah? Bukannya lu juga pernah dipake sama
produser, sutradara, para bos dan pejabat,
ngaku aja!” bentaknya
“Nggak…saya bukan cewek kaya gitu…tolong
ampuni saya!” tangisan Carissa semakin
menjadi.
“Sekarang gini aja, lu mau sepong ****** gua
atau mau rekaman lu gua sebarin supaya karir lu
hancur hah?” ancam Baron.
Carissa melihat ke samping ternyata Wanto
sedang mengarahkan HP Baron ke arahnya
sambil tangan satunya memijati payudaranya.
“Jangan…jangan disyuting!” jerit Carissa pada
Wanto, tapi Baron segera menjenggut rambut
panjangnya sehingga gadis itu merintih kesakitan
lagi.
“Heh sekarang urusannya lu sama ****** gua,
mau ga, atau mau rekamannya bocor?”
ancamnya lagi.
Kemudian Baron mendekatkan kepala penisnya
ke bibir Carissa. Dengan perasaan jijik akhirnya
Carissa menggenggam benda itu dan mulai
menjulurkan lidah menjilati penis Baron. Benda
itu terasa asin dan beraroma tidak sedap, namun
Carissa mau tidak mau harus membiasakan diri
di bawah intimidasi pria itu. Tak lama kemudian,
Carissa merasakan ada sesuatu yang akan
meledak sebentar lagi, yaitu orgasme karena
permainan Parjo pada vaginanya yang begitu
liar. Selangkangannya sudah sangat basah
sehingga menimbulkan bunyi menyeruput tiap
kali hansip itu menyedotnya.
“Emmmmm…..” desahan Carissa tertahan penis
Baron di dalam mulutnya.
Kemudian disusul badannya mengejang-
ngejang dan pahanya menjepit kepala Parjo di
selangkangannya. Cairan yang keluar dari vagina
Carissa langsung di hisap dan diminum dengan
rakus oleh si hansip. Parjo yang sudah tidak
tahan lagi lalu melepas semua pakaian yang ia
kenakan hingga telanjang.
“Sssluupp…sssllrrpp…uenak…peju nya artis
gurih!” ceracau Parjo sambil terus melahap
vagina Carissa.
Di sisi lain, Baron juga sudah kelonjotan
menikmati mulut Carissa. Hingga pada akhirnya
“ohhh……..enakkk…….banget….” Baron
mendesah menikmati mulut Carissa.
Penis Baron langsung berkedut-kedut dan
memuntahkan pejunya. Dan dengan terpaksa
Carissa mau tidak mau harus menelan pejunya
sampai habis hingga membuatnya sempat
tersedak. Kemudian Baron menarik penisnya
keluar dari mulut Carissa dan langsung
beristirahat duduk di lantai. Parjo yang sudah
telanjang duduk berlutut di antara kaki Carissa
dan sambil memegang batang penisnya yang
sudah tegang diarahkan ke vaginanya . Tubuh
Carissa yang sudah lemas akibat orgasme tadi
ditambah kedua tangannya yang masih terikat
tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Kemudian Parjo
menggesek-gesekan kepala penisnya pada bibir
memek Carissa, sehingga membuat Carissa
menggelinjang kegelian. Lalu Parjo berusaha
menekan penisnya masuk ke dalam vagina
Carissa. Kepala penisnya akhirnya terbenam ke
dalam vagina gadis blasteran itu. Penisnya senti
demi senti mulai menerobos masuk membuat
Carissa menringis kesakitan karena penis Parjo
yang begitu besar. Tanpa merasa iba, Parjo lalu
mendorong penis dengan sekali hentakan yang
sangat keras.
“auww….sakk……..kitttt……..” Carissa meringis
kesakitan sambil melelehkan air matanya.
Wanto semakin brutal meremas-remas
payudara Carissa. Semua bagian tubuh Carissa
tidak ada yang luput dari tangan-tangan mereka.
Setiap bagian tubuh sensitif Carissa mendapat
rangsangan demi rangsangan. Parjo semakin
lama semakin cepat menggenjot penisnya pada
memek Carissa. Sehingga mengantar Carissa
menuju orgasmenya yang ketiga. Dan tidak
lama setelah itu, Carissa menyusul mencapai
orgasme dengan jeritan lirih.
“Ahhh……..ouuhhh……..akkhhh!!” tubuh Carissa
melenting diiringi dengan desahan yang begitu
hebat.
Otot-otot vaginanya meremas-remas penis
Parjo hingga membuat pria kurus itu mendesah
keenakan.
“Gilaa….enakkk….banget memeknya. Ahhh…
sempit banget…memek artis emang emoy!”
Parjo sudah tidak tahan lagi dan menyempotkan
pejunya di dalam vagina Carissa. Tanpa menung
lama lagi, Wanto yang penisnya sedang dioral
langsung menarik lepas penisnya dari mulut
Carissa dan menggantikan posisi Parjo. Carissa
sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Tubuhnya
begitu lemas tak berdaya. Dia hanya bisa pasrah
dengan keadaan dirinya. Wanto yang lebih
mengerti kondisi Carissa meminta ijin pada
Baron untuk melepaskan ikatan pada kedua
pergelangan tangan gadis itu.
“Kasian Bang, ntar dia ga enjoy ngentotnya kalau
diiket terus gini!” katanya pada Baron yang
dibalas dengan anggukan kepala.
Wanto pun melepaskan ikatan tangan Carissa.
Walaupun telah bebas dari ikatan, Carissa tidak
yakin ia bisa melawan karena tubuhnya sudah
pegal-pegal setelah digilir mereka. Ia hanya bisa
pasrah ketika pemuda kampung itu melucuti
seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya
hingga telanjang bulat. Pemuda itu juga
membuka kaos partai yang masih tersisa di
tubuhnya hingga bugil lalu membalikkan tubuh
Carissa hingga menelungkup dan mengangkat
pantatnya hingga nungging. Dipeluknya tubuh
Carissa dari belakang sambil mengarahkan penis
ke vaginanya.
“Tenang Non…saya gak bakal kasar kok, saya
penggemar Non mana tega main kasar” kata
Wanto dekat telinga gadis itu
Carissa sedikit lega mendengar kata-kata Wanto
setelah sebelumnya kedua orang tadi bermain
dengan gaya kasar. Wanto mencium pundak
Carissa dan perlahan-lahan melesakkan penisnya
memasuki vagina artis itu. Karena vagina Carissa
sudah sangat basah dan licin, penis itu cukup
lancar memasukinya. Hanya dengan sekali
hentakan, langsung tertelan semua.
Sementara tangan Wanto asyik meremas
payudara Carissa, pinggulnya bergerak maju-
mundur menggenjoti vaginanya. Walau agak
terburu-buru, Wanto lebih halus
menyetubuhinya sehingga Carissa pun lebih
rileks menikmati arus permainan.
“ohhhhh……iyahh…eeengg….ahhh!!” seperempat
jam kemudian Carissa mendesah menyambut
ledakan orgasme pada dirinya.
Tubuhnya menyentak-nyentak bagai kesetrum
listrik. Cairan vaginanya keluar membasahi penis
Wanto yang sedang mengocok vaginanya.
“sssstt……..ahh….saya juga mau keluar Non!”
Wanto mendesis merasakan remasan otot-otot
vagina Carissa yang makin ketat ketika orgasme.
Pemuda kampung itu makin cepat memompa
vagina Carissa hingga membuatnya orgasme
untuk yang kesekian kali dan membuat Carissa
multi orgasme. Carissa tak henti-hentinya
meracau tak terkontrol. Tak lama kemudian
Mamat mengejang dan menancapkan penisnya
lebih dalam lagi dan menyemprotkan
spermanya di dalam rahim Carissa. Carissa
sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi, tubuhnya
yang lemas ditambah kenikmatan orgasme
membuatnya tak berdaya. Carissa hanya bisa
menangis meratapi nasib buruk yang
menimpanya. Baron yang sudah pulih
tenaganya berdiri dan mengambil tempat untuk
menggantikan posisi Wanto. Ia langsung
memasukan penisnya yang telah mengeras
kembali setelah orgasme ke dalam vagina
Carissa.
“aghh……..ahhh….” Carissa mendesah tertahan
merasakan penis Baron yang besar berurat
mendesak memasuki vaginanya.
Pergesekan penis Baron dengan memeknya
membuat Carissa mengerang. Penis Baron yang
besar kembali memenuhi semua ruang dalam
vaginanya membuat jiwa Carissa terbang entah
kemana. Baron semakin cepat menggenjot
Carissa, serta ditambah dengan tangan-tangan
Parjo dan Wanto yang meremas dan memilin
puting payudaranya. Carissa pun tidak dapat lagi
gejolak orgasme untuk yang kembali
menerpanya. Tubuhnya berkelonjotan
menerima orgasme.
“ahhhh….auuhh….ohhh……..awww……. .”
erangan Carissa semakin menjadi-jadi. Tulang-
tulang sendinya terasa mau lepas tak kuasa
menahan orgasme. Cairan putih kental pun
akhirnya keluar membasahi penis Baron.
Kemudian Parjo menjenggut rambut panjang
Carisa dan menjejali mulut gadis itu dengan
penisnya. Baron terus menerus menggenjot
Carissa tanpa henti. Membuat Carissa semakin
kewalahan menerima serangan kenikmatan.
Penis Baron makin berkedut-kedut di dalam
vaginanya. Baron kemudian dengan cepat
menarik penisnya keluar dan menyemprotkan
spermanya di perut Carissa, sebagian sampai
mengenai dada karena begitu kuatnya
semprotan sperma Baron. Parjo segera
mengambil alih posisi Baron, ia duduk dengan
menyandarkan punggung ke tembok lalu
dinaikkannya tubuh Carissa ke pangkuannya
dengan posisi memunggungi.
“Masukin ****** saya Non!” perintahnya.
Carissa menuruti perintah si hansip tanpa harus
disuruh lagi, tangannya meraih penis itu, dan
satu tangannya menguak bibir vaginanya
sendiri. Perlahan-lahan ia menurunkan tubuhnya
hingga penis itu makin terbenam di dalam
vaginanya.
“Aaaahhh…uuuhh!!” erangannya mengiringi
proses penetrasi itu.
Tak lama kemudian, Carissa pun sudah
bergoyang naik turun di pangkuan pria kurus itu.
Parjo menyusupkan kepalanya di antara lengan
Carissa dan menjilati ketiaknya yang licin tak
berbulu. Jilatan itu memberikan sensasi geli bagi
gadis itu sehingga birahinya makin terpacu.
“Hhmmm..ssllrppp…wangi, pantes main iklan
Rexona, keteknya aja mantep gini!” ceracau Parjo
Wanto kembali maju walaupun penisnya belum
bangkit lagi, ia mengenyoti payudara Carissa
seperti bayi yang menyusu pada ibunya.
Rupanya sepasang gunung yang bergoncang-
goncang itu membuat Wanto sangat tergiur dan
tidak rela menyia-nyiakannya. Baron juga naik ke
dipan berdiri di samping mereka, diraihnya
tangan Carissa dan digenggamkan pada
penisnya yang setengah bangkit. Malam itu
mereka mengeroyok Carissa sampai puas dan
sperma terkuras. Setelah itu mereka
membiarkan Carissa berbaring beristirahat
sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan
karena telah orgasme berkali-kali. Tubuhnya
telah berlumuran peluh dan sperma, matanya
sembab karena menangis lama.
“Wuih puas dah, Jo gua balik dulu ke kampung,
sapa tau masih kebagian nonton konser idola
gua, sip deh abis ******* nonton konser
dangdut!” sahut Baron mulai berpakaian.
“Gua disini dulu deh, masih belum puas nih
hehehe” kata Parjo.
Baron pun meninggalkan kedua temannya di
pos ronda bersama Carissa. Tak lama kemudian
mereka berdua kembali menyetubuhi Carissa
hingga akhirnya gadis itu tak sadarkan diri karena
staminanya sudah benar-benar habis.
Ketika sadar Carissa sudah berada di sebuah
kamar yang cukup luas. Matanya menerawang
berusaha mengingat apa yang telah menimpa
dirinya. Carissa merasakan badannya sakit
semua, terutama pada selangkangannya.
Tubuhnya yang masih telanjang hanya tertutup
selimut biru hingga dada ke atas
“Sudah bangun?” sebuah suara berat
membuatnya menengok ke samping, dilihatnya
sesosok pria setengah baya bangkit dari kursi,
rupanya ia sejak tadi sedang menungguinya di
situ.
Pria itu mendekatinya seraya mengambil segelas
air dari meja di samping ranjang. Carissa
sepertinya tidak asing lagi dengan pria itu, di
tengah rasa lelah dan shocknya ia mencoba
mengingatnya, bercambang, rambutnya keriting
dan terlihat dadanya yang berbulu di balik
kemejanya yang terbuka dua kancing atasnya.
“Aahh…Bang Ha…!” sahutnya dengan lemah.
“Hussshh…huuss…jangan bicara, minum dulu
ini!” pria itu menaikkan punggung Carissa hingga
sedikit terangkat dan menyodorkan gelas itu ke
bibirnya
Carissa meneguk air dalam gelas sambil
memegangi selimut yang menutup tubuhnya
agar tidak melorot. Terasa agak segar setelah air
itu diteguknya habis.
“Mereka itu orang kampung penggemar saya,
tapi kalau sudah gini benar-benar ter….la…lu” pria
itu melanjutkan dengan gaya bicaranya yang
khas diberat-beratkan itu, “ter…la…lu…masa saya
nggak dikasih giliran pertama?”
Kalimat terakhir itu membuat Carissa kembali
merasa seperti disambar petir, apalagi tak
sampai dua menit terasa ada sebuah gelombang
panas menerpa tubuhnya, vaginanya terasa
basah berdenyut-denyut dan putingnya
mengeras, darahnya berdesir cepat, birahi itu
datang tanpa dapat dibendungnya. Rupanya
minuman tadi bukan sekedar air putih biasa tapi
juga telah dicampur obat perangsang oleh pria
ini.
“Ayo Dik Carissa, udah kerasa kan pengaruh
obatnya, sekarang main sama abang…kita bakal
******* sampe begadang hak…hak..hak!” sahut
pria itu sambil tersenyum mesum menjijikan,
senyum yang tidak akan muncul di depan publik
karena citranya sebagai seorang yang religius
dan kharismatik itu.
Selimut yang menutup tubuh Carissa ditariknya
sehingga tubuh telanjang artis cantik itu kembali
terekspos. Kemudian dengan cepat pria itu
membuka resleting celananya dan mengeluarkan
penisnya yang telah mengacung tegak dan
pangkalnya dipenuhi bulu-bulu yang
bersambung dari dadanya.
“Oohh…tidak…jangan Bang!” Carissa mengiba
pada pria itu yang dengan bernafsu mendekap
tubuh telanjangnya.
“Huehehe…yang seger gini baru bikin ketagihan
kaya Mira Santika hak…hak…hak!!” pria itu tertawa
penuh kemenangan ala seorang penulis senior di
KBB lalu melumat payudara Carissa.
Erangan Carissa memenuhi kamar itu,
penderitaannya belumlah berakhir, setelah
diperkosa orang-orang kampung itu tadi, ia kini
masih harus melayani nafsu si gorila bejat ini.


Adult | GO HOME | Exit
1/1211
U-ON

inc Powered by Xtgem.com